Materi Konseling
Tanda Bahaya Kehamilan Dan Pre Eklamsi Berat
A.
Tanda Bahaya Kehamilan
1.
Pengertian
Tanda
bahaya kehamilan adalah suatu kehamilan yang memiliki suatu tanda bahaya atau
resiko lebih besar dan biasanya (baik bagi ibu atau bayinya), akan terjadi
penyakit atau kematian sebelum maupun sesudah persalinan (Tiran, 2007).
2.
Macam-macam Tanda Bahaya Kehamilan
a.
Perdarahan
pervaginam
Perdarahan
pervaginam dalam kehamilan adalah cukup normal. Pada masa awal kehamilan,
ibu akan mengalami perdarahan yang
sedikit (spotting) di sekitar waktu
terlambat haid. Perdarahan ini adalah perdarahan implantasi dan normal,
perdarahan kecil dalam kehamilan adalah pertanda dari “Friabel cerviks”.
Perdarahan
semacam ini mungkin normal atau mungkin suatu tanda adanya infeksi. Jika
terjadi perdarahan yang lebih (tidak normal) yang menimbulkan rasa sakit pada
ibu. Perdarahan ini bisa berarti aborsi, kehamilan mola atau kehamilan ektopik.
Pada akhir kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak dan
kadang-kadang tetapi tidak disertai dengan rasa nyeri.
b.
Sakit kepala
yang hebat
Sakit kepala selama kehamilan adalah
umum dan sering kali merupakan ketidaknyaman yang normal dalam kehamilan. Sakit
kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala yang
hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat.
Kadang-kadang
dengan sakit kepala yang hebat tersebut,
ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau
berbayangan. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari
preeklamsi. Sakit kepala sering dirasakan pada awal kehamilan dan umumnya
disebabkan oleh peregangan pembuluh darah diotak akibat hormon kehamilan
khususnya hormon progesteron. Jika ibu
hamil merasa lelah, pusing atau tertekan
atau pandangan mata bermasalah, sakit kepala akan sering terjadi atau makin
parah, jika sebelumnya menderita migrain
kondisi ini dapat semakin bermasalah selama 3 sampai 4 bulan pertama kehamilan.
c.
Bengkak pada
muka dan tangan
Hampir
separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang normal pada kaki yang biasanya
muncul pada sore hari dan biasanya hilang setelah beristirahat atau meletakkan
lebih tinggi. Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada
muka dan tangan tidak hilang setelah beristirahat dan diikuti dengan keluhan
fisik yang lain. Hal ini bisa merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau
preeklamsi.
Sistem kerja ginjal yang tidak
optimal pada wanita hamil mempengaruhi sistem kerja tubuh sehingga menghasilkan
kelebihan cairan. Ini dapat terlihat setelah kelahiran, jika pergelangan kaki yang bengkak secara
temporer semakin parah. Ini dikarenakan jaringan tambahan yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin selama dalam kandungan tidak lagi dibutuhkan
dan akan dibuang setelah sebelumnya diproses oleh ginjal menjadi urin. Oleh
karena ginjal belum mampu bekerja secara optimal, kelebihan cairan yang
menumpuk dihasilkan disekitar pembuluh darah hingga ginjal mampu memprosesnya
lebih lanjut.
Terkadang bengkak membuat kulit di
kaki dibagian bawah merenggang, terlihat mengkilat, tegang dan sangat tidak
nyaman. Bengkak pada muka yang disertai dengan peningkatan tekanan darah dapat
diindikasikan terjadinya Pre Eklamsi. Di Indonesia preeklamsia - eklamsia masih merupakan penyebab
utama kematian maternal dan kematian perinatal yang tinggi. Karena itu,
diagnosisi dini preeklamsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklamsia, serta
penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu
(AKI) dan anak.
Preeklampsia
- Eklampsia adalah penyakit pada wanita hamil, yang secara langsung disebabkan
oleh kehamilan. Preeklamsia adalah hipertensi disertai proteinuri dan edema,
akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu. Eklamsia adalah
timbulnya kejang pada penderita preeklamsia, yang disusul dengan koma. Kejang
di sini bukan akibat kelainan neurologis.
1)
Preeklamsia dan Eklamsia
a)
Penanganan Umum
Segera
rawat penderita dan lakukan pemeriksaan klinis terhadap keadaan umum, sambil
mencari tahu riwayat kesehatan sekarang dan terdahulu pasien atau keluarganya.
Jika pasien tidak bernafas, bebaskan jalan nafas, berikan O2 dengan sungkup dan
lakukan intubasi jika perlu. Jika pasien kehilangan kesadaran/koma, bebaskan
jalan nafas, baringkan pada satu sisi, ukur suhu dan periksa apakah ada kaku
kuduk.
b) Jika pasien kejang (eklamsia)
Baringkan
pada satu sisi, tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit untuk mengurangi
kemungkinan aspirasi sekret, muntahan atau darah, bebaskan jalan nafas. Pasang
spatel lidah, untuk menghindari tergigitnya lidah. Fiksasi untuk menghindari
pasien jatuh dari tempat tidur.
2) Preeklampsia
berat dan Eklampsia
a) Penanganan
preeklampsia berat dan eklamsia sama, kecuali persalinan harus berlangsung
dalam 6 jam setelah timbulnya kejang pada eklampsia.
Penanganan kejang :
(1.)
Beri
obat kejang (antikonvulsan).
(2.)
Perlangkapan
untuk penanganan kejang (jalan nafas, pengisap lendir, masker oksigen dan
oksigen).
(3.)
Lindungi
pasien dari kemungkinan trauma.
(4.)
Aspirasi
mulut dan tenggorokan.
(5.)
Baringkan
pasien pada sisi kiri, posisi tradelenburg untuk mengurangi risiko aspirasi.
(6.)
Berikan
O2 4-6 liter/menit.
b) Penanganan umum
Jika
tekanan diastolik >110 mmHg, berikan obat anti hipertensi sampai tekanan
diastolik antara 90-100 mm/Hg. Pasang infus ringer laktat dengan jarum besar
nomor 16 atau lebih. Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload.
Kateterisasi urin untuk mengukur volum dan pemeriksaan proteinuria. Infus
cairan dipertahankan 1,5-2 liter/24 jam.
Jangan
tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan
kematian ibu dan janin. Observasi tanda vital, refleks dan denyut jantung janin
setiap 1 jam. Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru. Adanya krepitasi
merupakan tanda-tanda edema paru. Jika ada edema paru, hentikan pemberian
cairan dan berikan diuretic (misalnya furosemid 40 mg IV). Nilai pembekuan
darah dengan uji pembekuan. Jika pembekuan tidak terjadi setelah 7 menit,
kemungkinan terjadi koagulopati.
(1.) Persalinan
Pada preeklamsia berat, persalinan
harus terjadi dalam 24 jam. Sedangkan pada eklamsia, persalinan harus terjadi
dalam 6 jam sejak eklamsia timbul. Jika terjadi gawat janin atau persalinan
tidak dapat terjadi dalam 12 jam (pada eklamsia), lakukan operasi Caesar. Jika
bedah akan dilakukan, beberapa hal harus diperhatikan :
·
Tidak
terdapat koagulopati. Koagulopati berkontraindikasi dengan anestesi spinal.
·
Anestesi
yang aman/terpilih adalah anestesi umum untuk eklamsia dan spinal untuk PEB.
Dilakukan anestesi lokal bila risiko anestesi terlalu tinggi.
·
Jika
serviks telah mengalami pematangan, lakukan induksi dengan oksitosin 2-5 IU
dalam dextrose 10 tetes/menit atau dengan cara pemberian
prostaglandin/misoprostol.
(2.) Perawatan Post Partum
Antikonvulsan
diteruskan sampai 24 jam post partum atau kejang yang terakhir. Teruskan terapi
hipertensi, jika tekanan diastolik masih > 90 mmHg. Lakukan pemantauan
jumlah urin. Pada kasus preeklampsia berat, di masa setelah kelahiran dapat
terjadi eklampsia. Dilaporkan lebih dari 44% eklamsia dapat terjadi, terutama
pada wanita yang melahirkan pada usia kehamilan aterm. Wanita yang timbul
hipertensi atau gejala preeklamsia setelah kehamilan (sakit kepala, gangguan
penglihatan, mual dan muntah, nyeri epigastrum), sebaiknya dirujuk ke
spesialis.
Wanita
dengan kelahiran yang disertai preeklampsia berat (atau eklampsia), sebaiknya
dilakukan pemantauan dengan optimal pasca melahirkan. Dilaporkan dapat terjadi
eklampsia setelah minggu ke-4. Terapi anti-hipertensi sebaiknya tetap
dilanjutkan pasca kehamilan. Walau pada awalnya tekanan darah turun, biasanya
akan kembali naik kurang lebih 24 jam setelah kehamilan. Pengurangan terapi
anti-hipertensi, sebaiknya dilakukan secara berjenjang.
Cortikosteroid digunakan pada pasien dengan
sindrom HELLP. Hasil penelitian terbaru memperkirakan, corticosteroid
dapat memicu perbaikan gangguan biokimia dan menatology secara cepat.
Tetapi tidak ada bukti yang menunjukkan kortikosteroid dapat menurunkan
morbiditas.
d) Rujukan
Rujuk ke fasilitas yang lebih
lengkap jika :
1)
Terdapat
oliguria (<400ml/24 jam).
2)
Terdapat
sindrom HELLP.
3)
Koma
berlanjut lebih dari 24 jam setelah kejang.
e) Antikonvulsan
Magnesium sulfat merupakan obat
pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang pada preeklamsia dan eklamsia.
Alternative lain adalah diazepam dengan risiko terjadinya depresi neonatal.
Magnesium sulfat untuk preeklamsia
dan eklamsia :
1. Dosis
awal adalah 4 gram intravena sebagai larutan 40% selama 5 menit.
2. Diikuti
dengan MgSO4 (40%) 5g IM dengan iml Lignokain (dalam semprit yang sama)
3. Sebelum
pemberian MgSO4 ulangan, lakukan pemeriksaan :
a. Frekuensi pernafasan minimal 16
kali/menit
b. Ada reflek patella
c. Urin minimal 30ml/jam dalam 4 jam
terakhir
d. Frekuensi pernafasan < 16
kali/menit
e. Cara pemberian MgSO4 IV/drip ialah :
f. Setelah pemberian dosis awal,
diberikan 12 gram dalam 500 ml RL dengan tetes 15/menit (2 gram/jam).
g. Reflex patella tidak ada, bradipnea
(16 kali/menit)
h. Urin < 30ml/jam pada hari ke 2
4. Hentikan pemberian MgSO4, jika :
a.
Terjadi
henti nafas bantu pernafasan dengan ventilator
b.
Beri
kalsium glukonas 2 gram (20ml dalam larutan 10%) IV. Perlahan-lahan samapai
pernafasan mulai lagi.
f) Diazepam untuk Preeklamsia dan
Eklamsia
1.
Dosis
awal adalah 10mg IV. Diberikan secara perlahan selama 2 menit. Jika kejang
berulang, ulangi pemberian sesuai dosis awal.
2.
Dosis
pemeliharaan adalah 40 mg dalam 500 ml larutan ringer laktat melalui infus.
Depresi pernafasan ibu baru mungkin terjadi bila dosis 30 mg/jam. Jangan
berikan melebihi 100 mg/jam.
g) Anti Hipertensi
Pemberian antihipertensi sebaiknya
dimulai pada wanita dengan tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg, atau
tekanan darah diastolik lebih dari 110 mmHg. Pemberian labetalol secara oral
atau intravena, nifedipine secara oral atau intravena hydralazine dapat
lakukan untuk menatalaksana hipertensi berat. Ada konsensus bersama, bila
tekanan darah lebih dari 170/110 mmHg, lakukan penanganan terhadap tekanan
darah ibu. Obat terpilih yang digunakan adalah labetalol, nifedipine, atau
hydralazine.
Labetalol
memiliki keuntungan dapat diberikan awal lewat mulut, pada kasus hipertensi
berat dan jika diperlukan, bisa secara intravena. Terdapat konsensus, bila
tekanan darah dibawah 160/100, tidak dibutuhkan secara mendesak pemberian
terapi anti hipertensi. Terdapat perkecualian, bila ditemukan indikasi untuk
penyakit dengan gejala yang yang lebih berat, yakni protenuria berat atau
gangguan hari, atau hasil tes darah. Pada kondisi demikian, peningkatan tekanan
darah dapat diantisipasi, dengan terapi antihipertensi pada level tekanan darah
yang lebih rendah yang telah disesuaikan.
d.
Nyeri abdomen
yang kuat
Nyeri abdomen
yang tidak berhubungan dengan persalinan normal adalah tidak normal. Nyeri
abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah
yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa berarti
apendixitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang pelviks, persalinan
preterm, gastritis, penyakit kantong empedu, iritasi uterus, abrupsi plasenta,
infeksi saluran kemih atau infeksi lain.
e.
Bayi kurang
bergerak seperti biasa
Ibu mulai merasakan gerakan
bayinya selama bulan ke-5 atau ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan
bayinya lebih awal. Jika bayi tidur, gerakkannya akan melemah. Bayi harus
bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Gerakkan bayi akan mudah
lebih mudah terasa jika berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan
minum dengan baik. apabila ibu tidak merasakan gerakan bayi seperti biasa dapat
dikarenakan oleh aktivitas ibu yang berlebihan, keadaan psikologis ibu maupun
kecelakaan sehingga aktivitas bayi didalam rahim tidak seperti biasanya.
3.
Pencegahan
Tanda Bahaya Kehamilan
a.
Mengenal dan
mengetahui ibu yang termasuk dalam kondisi yang mengalami tanda bahaya dengan
adanya pengetahuan ibu sehingga dapat dilakukan rujukan tempat fasilitas yang
lebih baik (rumah sakit).
b.
Meningkatkan
mutu perinatal care.
c.
Menganjurkan
setiap ibu hamil kontrol ke BKIA.
d.
Penyuluhan oleh
bidan desa terhadap kesehatan ibu, bayi serta penyakit yang dapat diderita oleh ibu selama kehamilan
secara aktif.
e.
Bidan desa
harus bertempat tinggal di desa yang ditugaskan yang merupakan ujung tombak
tentang kesehatan ibu di desa yang ditempatinya.
f.
Dengan
memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur ke posyandu, puskesmas, rumah
sakit, paling sedikit 4 kali selama kehamilan.
g.
Dengan
mendapatkan imunisasi TT 2 kali.
h.
Bila ditemukan
kelainan saat pemeriksaan harus lebih sering intensif.
i.
Makanan yang
bergizi yaitu memenuhi 4 sehat 5 sempurna (Rachmat, 2007)
4 B. Kiomplikasi
Tanda Bahaya Kehamilan
a.
Perdarahan
Penyebab perdarahan paling sering pada Trimester ketiga adalah :
1)
Kelainan letak
plasenta
2)
Pelepasan
plasenta sebelum waktunya
3)
Penyakit pada
vagina atau leher rahim misalnya infeksi. Perdarahan pada Trimester ketiga
memiliki resiko terjadinya kematian bayi, perdarahan hebat dan kematian ibu
pada saat persalinan. untuk menentukan penyebab terjadinya perdarahan bisa
dilakukan pemeriksaan USG, pengamatan leher rahim dan papsmear.
b.
Persalinan
Prematur lebih mungkin terjadi pada keadaan berikut :
1)
Ibu memiliki
kelainan struktur pada rahim atau leher rahim.
2)
Perdarahan
3)
Stres fisik
atau mental
4)
Kehamilan ganda
5)
Ibu pernah
mengalami perdarahan rahim
c.
Bayi lahir
cukup bulan
d.
Bayi lahir dengan
berat badan lahir rendah (BBLR)
e.
Keguguran
(abortus)
f.
Persalinan
tidak lancar/macet
g.
Perdarahan
sebelum dan sesudah persalinan
h.
Janin mati
dalam kandungan
i.
Ibu
hamil/bersalin meninggal dunia
j.
Keracunan
kehamilan/kejang – kejang (Firdaus, 2006 ).
Material Counselling : Pregnancy Danger Signs And Pre eclampsia Weight
No comments:
Post a Comment