UA-80997737-1

Thursday, June 23, 2016

Materi Konseling : Tanda Bahaya Kehamilan Dan Pre Eklamsi Berat - Counselling : Pregnancy Danger Signs And Pre eclampsia Weight


Materi Konseling
Tanda Bahaya Kehamilan Dan Pre Eklamsi Berat


  
A.    Tanda Bahaya Kehamilan
1.    Pengertian
         Tanda bahaya kehamilan adalah suatu kehamilan yang memiliki suatu tanda bahaya atau resiko lebih besar dan biasanya (baik bagi ibu atau bayinya), akan terjadi penyakit atau kematian sebelum maupun sesudah persalinan (Tiran, 2007).

2.      Macam-macam Tanda Bahaya Kehamilan
a.         Perdarahan pervaginam
           Perdarahan pervaginam dalam kehamilan adalah cukup normal. Pada masa awal kehamilan, ibu  akan mengalami perdarahan yang sedikit (spotting) di sekitar waktu terlambat haid. Perdarahan ini adalah perdarahan implantasi dan normal, perdarahan kecil dalam kehamilan adalah pertanda dari “Friabel cerviks”.
Perdarahan semacam ini mungkin normal atau mungkin suatu tanda adanya infeksi. Jika terjadi perdarahan yang lebih (tidak normal) yang menimbulkan rasa sakit pada ibu. Perdarahan ini bisa berarti aborsi, kehamilan mola atau kehamilan ektopik. Pada akhir kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak dan kadang-kadang tetapi tidak disertai dengan rasa nyeri.
b.         Sakit kepala yang hebat
           Sakit kepala selama kehamilan adalah umum dan sering kali merupakan ketidaknyaman yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala yang hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat.
Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut,  ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berbayangan. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari preeklamsi. Sakit kepala sering dirasakan pada awal kehamilan dan umumnya disebabkan oleh peregangan pembuluh darah diotak akibat hormon kehamilan khususnya hormon progesteron.  Jika ibu hamil merasa lelah,  pusing atau tertekan atau pandangan mata bermasalah, sakit kepala akan sering terjadi atau makin parah,  jika sebelumnya menderita migrain kondisi ini dapat semakin bermasalah selama 3 sampai 4 bulan pertama kehamilan.
c.    Bengkak pada muka dan tangan
Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan biasanya hilang setelah beristirahat atau meletakkan lebih tinggi. Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada muka dan tangan tidak hilang setelah beristirahat dan diikuti dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini bisa merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau preeklamsi.
Sistem kerja ginjal yang tidak optimal pada wanita hamil mempengaruhi sistem kerja tubuh sehingga menghasilkan kelebihan cairan. Ini dapat terlihat setelah kelahiran,  jika pergelangan kaki yang bengkak secara temporer semakin parah. Ini dikarenakan jaringan tambahan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin selama dalam kandungan tidak lagi dibutuhkan dan akan dibuang setelah sebelumnya diproses oleh ginjal menjadi urin. Oleh karena ginjal belum mampu bekerja secara optimal, kelebihan cairan yang menumpuk dihasilkan disekitar pembuluh darah hingga ginjal mampu memprosesnya lebih lanjut.
Terkadang bengkak membuat kulit di kaki dibagian bawah merenggang, terlihat mengkilat, tegang dan sangat tidak nyaman. Bengkak pada muka yang disertai dengan peningkatan tekanan darah dapat diindikasikan terjadinya Pre Eklamsi. Di Indonesia preeklamsia - eklamsia masih merupakan penyebab utama kematian maternal dan kematian perinatal yang tinggi. Karena itu, diagnosisi dini preeklamsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklamsia, serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan anak.
Preeklampsia - Eklampsia adalah penyakit pada wanita hamil, yang secara langsung disebabkan oleh kehamilan. Preeklamsia adalah hipertensi disertai proteinuri dan edema, akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu. Eklamsia adalah timbulnya kejang pada penderita preeklamsia, yang disusul dengan koma. Kejang di sini bukan akibat kelainan neurologis.
1) Preeklamsia dan Eklamsia
a) Penanganan Umum
Segera rawat penderita dan lakukan pemeriksaan klinis terhadap keadaan umum, sambil mencari tahu riwayat kesehatan sekarang dan terdahulu pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak bernafas, bebaskan jalan nafas, berikan O2 dengan sungkup dan lakukan intubasi jika perlu. Jika pasien kehilangan kesadaran/koma, bebaskan jalan nafas, baringkan pada satu sisi, ukur suhu dan periksa apakah ada kaku kuduk.
b) Jika pasien kejang (eklamsia)
Baringkan pada satu sisi, tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit untuk mengurangi kemungkinan aspirasi sekret, muntahan atau darah, bebaskan jalan nafas. Pasang spatel lidah, untuk menghindari tergigitnya lidah. Fiksasi untuk menghindari pasien jatuh dari tempat tidur.



2) Preeklampsia berat dan Eklampsia
a) Penanganan preeklampsia berat dan eklamsia sama, kecuali persalinan harus berlangsung dalam 6 jam setelah timbulnya kejang pada eklampsia.
Penanganan kejang :
(1.)   Beri obat kejang (antikonvulsan).
(2.)   Perlangkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, pengisap lendir, masker oksigen dan oksigen).
(3.)   Lindungi pasien dari kemungkinan trauma.
(4.)   Aspirasi mulut dan tenggorokan.
(5.)   Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi tradelenburg untuk mengurangi risiko aspirasi.
(6.)   Berikan O2 4-6 liter/menit.
b) Penanganan umum
Jika tekanan diastolik >110 mmHg, berikan obat anti hipertensi sampai tekanan diastolik antara 90-100 mm/Hg. Pasang infus ringer laktat dengan jarum besar nomor 16 atau lebih. Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload. Kateterisasi urin untuk mengukur volum dan pemeriksaan proteinuria. Infus cairan dipertahankan 1,5-2 liter/24 jam.
Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin. Observasi tanda vital, refleks dan denyut jantung janin setiap 1 jam. Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru. Adanya krepitasi merupakan tanda-tanda edema paru. Jika ada edema paru, hentikan pemberian cairan dan berikan diuretic (misalnya furosemid 40 mg IV). Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan. Jika pembekuan tidak terjadi setelah 7 menit, kemungkinan terjadi koagulopati.

(1.) Persalinan
Pada preeklamsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam. Sedangkan pada eklamsia, persalinan harus terjadi dalam 6 jam sejak eklamsia timbul. Jika terjadi gawat janin atau persalinan tidak dapat terjadi dalam 12 jam (pada eklamsia), lakukan operasi Caesar. Jika bedah akan dilakukan, beberapa hal harus diperhatikan :
·         Tidak terdapat koagulopati. Koagulopati berkontraindikasi dengan anestesi spinal.
·         Anestesi yang aman/terpilih adalah anestesi umum untuk eklamsia dan spinal untuk PEB. Dilakukan anestesi lokal bila risiko anestesi terlalu tinggi.
·         Jika serviks telah mengalami pematangan, lakukan induksi dengan oksitosin 2-5 IU dalam dextrose 10 tetes/menit atau dengan cara pemberian prostaglandin/misoprostol.
(2.) Perawatan Post Partum
Antikonvulsan diteruskan sampai 24 jam post partum atau kejang yang terakhir. Teruskan terapi hipertensi, jika tekanan diastolik masih > 90 mmHg. Lakukan pemantauan jumlah urin. Pada kasus preeklampsia berat, di masa setelah kelahiran dapat terjadi eklampsia. Dilaporkan lebih dari 44% eklamsia dapat terjadi, terutama pada wanita yang melahirkan pada usia kehamilan aterm. Wanita yang timbul hipertensi atau gejala preeklamsia setelah kehamilan (sakit kepala, gangguan penglihatan, mual dan muntah, nyeri epigastrum), sebaiknya dirujuk ke spesialis.
Wanita dengan kelahiran yang disertai preeklampsia berat (atau eklampsia), sebaiknya dilakukan pemantauan dengan optimal pasca melahirkan. Dilaporkan dapat terjadi eklampsia setelah minggu ke-4. Terapi anti-hipertensi sebaiknya tetap dilanjutkan pasca kehamilan. Walau pada awalnya tekanan darah turun, biasanya akan kembali naik kurang lebih 24 jam setelah kehamilan. Pengurangan terapi anti-hipertensi, sebaiknya dilakukan secara berjenjang.
Cortikosteroid digunakan pada pasien dengan sindrom HELLP. Hasil penelitian terbaru memperkirakan, corticosteroid dapat memicu perbaikan gangguan biokimia dan menatology secara cepat. Tetapi tidak ada bukti yang menunjukkan kortikosteroid dapat menurunkan morbiditas.
d) Rujukan
Rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap jika :
1)       Terdapat oliguria (<400ml/24 jam).
2)       Terdapat sindrom HELLP.
3)       Koma berlanjut lebih dari 24 jam setelah kejang.
e) Antikonvulsan
Magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang pada preeklamsia dan eklamsia. Alternative lain adalah diazepam dengan risiko terjadinya depresi neonatal.
Magnesium sulfat untuk preeklamsia dan eklamsia :
1. Dosis awal adalah 4 gram intravena sebagai larutan 40% selama 5 menit.
2. Diikuti dengan MgSO4 (40%) 5g IM dengan iml Lignokain (dalam semprit yang sama)
3. Sebelum pemberian MgSO4 ulangan, lakukan pemeriksaan :
a.       Frekuensi pernafasan minimal 16 kali/menit
b.      Ada reflek patella
c.       Urin minimal 30ml/jam dalam 4 jam terakhir
d.      Frekuensi pernafasan < 16 kali/menit
e.       Cara pemberian MgSO4 IV/drip ialah :
f.       Setelah pemberian dosis awal, diberikan 12 gram dalam 500 ml RL dengan tetes 15/menit (2 gram/jam).
g.      Reflex patella tidak ada, bradipnea (16 kali/menit)
h.      Urin < 30ml/jam pada hari ke 2
4. Hentikan pemberian MgSO4, jika :
a.       Terjadi henti nafas bantu pernafasan dengan ventilator
b.      Beri kalsium glukonas 2 gram (20ml dalam larutan 10%) IV. Perlahan-lahan samapai pernafasan mulai lagi.
f) Diazepam untuk Preeklamsia dan Eklamsia
1.    Dosis awal adalah 10mg IV. Diberikan secara perlahan selama 2 menit. Jika kejang berulang, ulangi pemberian sesuai dosis awal.
2.    Dosis pemeliharaan adalah 40 mg dalam 500 ml larutan ringer laktat melalui infus. Depresi pernafasan ibu baru mungkin terjadi bila dosis 30 mg/jam. Jangan berikan melebihi 100 mg/jam.
g) Anti Hipertensi
Pemberian antihipertensi sebaiknya dimulai pada wanita dengan tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg, atau tekanan darah diastolik lebih dari 110 mmHg. Pemberian labetalol secara oral atau intravena, nifedipine secara oral atau intravena hydralazine dapat lakukan untuk menatalaksana hipertensi berat. Ada konsensus bersama, bila tekanan darah lebih dari 170/110 mmHg, lakukan penanganan terhadap tekanan darah ibu. Obat terpilih yang digunakan adalah labetalol, nifedipine, atau hydralazine.
Labetalol memiliki keuntungan dapat diberikan awal lewat mulut, pada kasus hipertensi berat dan jika diperlukan, bisa secara intravena. Terdapat konsensus, bila tekanan darah dibawah 160/100, tidak dibutuhkan secara mendesak pemberian terapi anti hipertensi. Terdapat perkecualian, bila ditemukan indikasi untuk penyakit dengan gejala yang yang lebih berat, yakni protenuria berat atau gangguan hari, atau hasil tes darah. Pada kondisi demikian, peningkatan tekanan darah dapat diantisipasi, dengan terapi antihipertensi pada level tekanan darah yang lebih rendah yang telah disesuaikan.
d.   Nyeri abdomen yang kuat
Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan normal adalah tidak normal. Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa berarti apendixitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang pelviks, persalinan preterm, gastritis, penyakit kantong empedu, iritasi uterus, abrupsi plasenta, infeksi saluran kemih atau infeksi lain.
e.    Bayi kurang bergerak seperti biasa
               Ibu mulai merasakan gerakan bayinya selama bulan ke-5 atau ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur, gerakkannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Gerakkan bayi akan mudah lebih mudah terasa jika berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik. apabila ibu tidak merasakan gerakan bayi seperti biasa dapat dikarenakan oleh aktivitas ibu yang berlebihan, keadaan psikologis ibu maupun kecelakaan sehingga aktivitas bayi didalam rahim tidak seperti biasanya.




3.      Pencegahan Tanda Bahaya Kehamilan
a.    Mengenal dan mengetahui ibu yang termasuk dalam kondisi yang mengalami tanda bahaya dengan adanya pengetahuan ibu sehingga dapat dilakukan rujukan tempat fasilitas yang lebih baik (rumah sakit).
b.   Meningkatkan mutu perinatal care.
c.    Menganjurkan setiap ibu hamil kontrol ke BKIA.
d.   Penyuluhan oleh bidan desa terhadap kesehatan ibu, bayi serta penyakit yang  dapat diderita oleh ibu selama kehamilan secara aktif.
e.    Bidan desa harus bertempat tinggal di desa yang ditugaskan yang merupakan ujung tombak tentang kesehatan ibu di desa yang ditempatinya.
f.    Dengan memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur ke posyandu, puskesmas, rumah sakit, paling sedikit 4 kali selama kehamilan.
g.   Dengan mendapatkan imunisasi TT 2 kali.
h.   Bila ditemukan kelainan saat pemeriksaan harus lebih sering intensif.
i.     Makanan yang bergizi yaitu memenuhi 4 sehat 5 sempurna (Rachmat, 2007)

4         B.   Kiomplikasi Tanda Bahaya Kehamilan
a.    Perdarahan
     Penyebab perdarahan paling sering pada Trimester ketiga adalah :
1)      Kelainan letak plasenta
2)      Pelepasan plasenta sebelum waktunya
3)      Penyakit pada vagina atau leher rahim misalnya infeksi. Perdarahan pada Trimester ketiga memiliki resiko terjadinya kematian bayi, perdarahan hebat dan kematian ibu pada saat persalinan. untuk menentukan penyebab terjadinya perdarahan bisa dilakukan pemeriksaan USG, pengamatan leher rahim dan papsmear.
b.   Persalinan Prematur lebih mungkin terjadi pada keadaan berikut :
1)      Ibu memiliki kelainan struktur pada rahim atau leher rahim.
2)      Perdarahan
3)      Stres fisik atau mental
4)      Kehamilan ganda
5)      Ibu pernah mengalami perdarahan rahim
c.       Bayi lahir cukup bulan
d.      Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
e.       Keguguran (abortus)
f.       Persalinan tidak lancar/macet
g.      Perdarahan sebelum dan sesudah persalinan
h.      Janin mati dalam kandungan
i.        Ibu hamil/bersalin meninggal dunia
j.        Keracunan kehamilan/kejang – kejang (Firdaus, 2006 ).

Material Counselling : Pregnancy Danger Signs And Pre eclampsia Weight

No comments:

Post a Comment